Kutuk Pembantaian Rohingya, Malala Yousafszai ‘Diserang’ Warga Myanmar
FAJAR.CO.ID, YANGON - Aktivis pendidikan Pakistan dan peraih Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafszai mengkritik pernyataan Aung San Suu Kyi di Twitter.
Isi cuitan tersebut mengkritik Aung San Suu Kyi yang enggan mengutuk perlakuan terhadap minoritas muslim Rohingnya.
Namun tampaknya cuitan malala sudah tercium oleh netizen Myanmar, mereka dikabarkan mengecam pernyataan malala lapor laman berita Myanmar, Irrawaddy.com.
Beberapa waktu lalu Malala mencuit, “Beberapa tahun lamanya, saya berulang kali mengutuk tragedi dan perlakuan memalukan ini. Saya masih menantikan rekan saya sesama peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk berbuat yang sama (mengutuk perlakuan terhadap Rohingya).”
Malala menyerukan pengakhiran kekerasan terhadap Rohingya dan mengimbau negara-negara seperti Bangladesh untuk memberi makan, penampungan dan pendidikan untuk pengungsi Rohingya.
Kecaman Malala mendapatkan reaksi balik dari netizen dan warga Myanmar yang mempertanyakan mengapa Malala juga tidak mengutuk militan Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) yang melancarkan serangan terkoordinasi ke 30 pos pemeriksaan pada 25 Agustus yang menewaskan 13 anggota pasukan keamanan Myanmar.
Mengutip Irrawaddy.com, pakar hukum setempat U Khin Maung Myint menyayangkan Malala tidak sekalian mengutuk serangan militan ARSA.
“Ini bukan soal diskriminasi ras dan agama, ini soal serangan teroris terhadap warga sipil termasuk orang Arakan, Hindu, Muslim, dan yang lainnya. Itu yang penting dan dia melewatkan hal itu,” kata dia kepada Irrawaddy.com.
“Saya mengutuk keras pernyataan berat sebelah Malala, dia tidak mengetahui situasi Myanmar yang sebenarnya,” kata seorang pengguna Facebook bernama Shwe Cin Ei.
Sebuah akun Twitter bernama Thant Zin Oo yang me-retweet penyataan Malala, menyampaikan komentar berikut, ”
Saya sangat mengapresiasi apa yang telah Anda kerjakan, khususnya dalam memerangi norma-norma sosial tidak biasa dalam pendidikan perempuan. Oleh karena itu, saya kira Anda punya tanggung jawab besar terhadap tindakan-tindakan dan kata-kata Anda,” tulisnya.
“Berkaitan dengan krisis di Myanmar, tentu saja kami juga terpukul kapan pun kami menyaksikan foto, video dan kabar mengenai orang mati siapa pun mereka. Tapi, saya membayangkan seandainya Anda juga melihat foto-foto atau video-video dari warga setempat yang dibunuh secara brutal oleh para teroris ekstremis,” cuitnya.
(mia/pojoksatu)