Begini Cara Saracen Menyebarkan Kebencian, Anggotanya Digaji Jutaan

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID - Direktorat Siber Bareskrim Polri telah mengungkap kelompok Saracen yang merupakan sindikat penyebar konten kebencian dan SARA di media sosial. Setiap aksinya, mereka selalu dibayar pihak tertentu untuk menyerang pihak tertentu pula. Kepala Bagian Mitra Divisi Humas Polri Kombes Awi Setiyono menyebut bahwa proses kerja kelompok ini melalui pemesanan. Dari situ sindikat ini akan mengajukan surat proposal untuk membuat bahan yang mengandung kebencian. Dalam proposal itu Saracen meminta dana sekira Rp 72 juta. Adapun rincian dana proposal itu, Saracen mematok harga Rp 15 juta untuk jasa pembuat website. Lalu untuk membuat Buzzer, Saracen memiliki 15 anggota yang akan diberikan upah selama sebulan sebanyak Rp 45 juta. Untuk JAS yang berperan sebagai Ketua Grup Saracen bertugas untuk mengunggah postingan provokatif yang mengandung isu SARA. Dia meminta upah sebanyak Rp 10 juta. Lalu dari sisa dana pengajuan proposal itu digunakan untuk kepentingan lainnya. Bahkan, dalam proposal itu juga ditemukan ada biaya yang disiapkan ke media-media. “Kemudian terkait tadi masalah pemesanan itu begini untuk proses penyidikan ini, penyidik menemukan ada satu proposal. Yang terakhir ada cost untuk wartawan,” urai dia di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (24/8). Setelah proposal itu disetujui, Saracen akan menyiapkan materi yang bernuansa kebencian. Bahan itu akan ditampung ke dalam satu grup media sosial. Setelah bahan itu matang, ketua Saracen beserta anggota akan segera memainkan perannya masing-masing. Dengan tujuan untuk membuat materi kebencian, seperti meme menjadi viral di media sosial. Bahkan, dari penyidikan, Awi menyebut bahwa penyidik menemukan banyak sim card yang diduga untuk memalsukan proses komunikasi antara sesama anggota Saracen. “Mereka juga kami temukan sim card yang banyak 50 lebih,” ujar Awi. Mantan Kabid Humas Polda Jawa Timur juga menyebut bahwa Saracen ini merupakan sindikat yang memiliki struktur organisasi. Proses komunikasi sesama anggota sendiri tercipta hanya di internet semata. “Ya tadi semua melalui internet melalui dunia maya mereka berkomunikasi,” ujar Awi. Dia menambahkan, penyidik terus mendalami siapa pemesan ujaran kebencian ke Saracen. Namun hal itu masih menemui kebuntuan, lantaran para tersangka sangat tak kooperatif dalam pemeriksaan. “Termasuk kemudian siapa yang pesan, sampai saat ini juga sangat tertutup bersangkutan. Sulit diminta keterangan,” jelas Awi. Sejauh ini polisi juga masih kesulitan mengungkap aliran keuangan Saracen. Pasalnya, Awi menyebut setiap proses pemesanan selalu melalui jalur tunai. “Penyidik belum menemukan aliran uang karena memang pengakuan selama ini cash,” tukas dia. (elf/JPC)  
  • Bagikan

Exit mobile version