Buleleng Didorong Jadi Observatori Pariwisata Berkelanjutan

  • Bagikan

BULELENG – Tidak mau kalah dengan Bali Selatan, Kabupaten Buleleng kian kencang mengoptimalkan pengembangan pariwisata. Bahari, alam, wisata agro, budaya, semua digarap serius. Belakangan, wilayah yang berdekatan dengan Banyuwangi di Jawa Timur itu ikut didorong menjadi observatori pariwisata berkelanjutan (STO).

Modalnya? Sudah sangat kuat. Dari sembilan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Bali, empat di antaranya berada di Buleleng. Dari KSPN Bedugul yang meliputi Kabupaten Tabanan dan Buleleng, KSPN Bali Utara yang meliputi Lovina, maskot wisata Buleleng hingga di kawasan Air Sanih, Kecamatan Kubutambahan dan sekitarnya, sudah ada di sana.

Dan semuanya, masih ditambah algi dua KSPN di Taman Nasional Bali Barat yang meliputi Kabupaten Buleleng dan Jembrana, serta KSPN Pemuteran dan Pulau Menjangan.

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata, Kementerian Pariwisata, Frans Teguh mengatakan, Buleleng memiliki potensi pariwisata yang luar biasa dan stakeholders di Buleleng sudah menjalin hubungan kerjasama yang sangat baik.

“Di antaranya kerjasama dengan industri, akademisi, PHRI, badan promosi dan lain sebagainya. Juga secara khusus bekerja dengan pihak industri atau swasta. Selain itu, Buleleng juga memiliki potensi desa-desa wisata yang sangat banyak,” ujar Frans Teguh, Senin (31/7).

Frans Teguh memaparkan, saat ini tercatat 19 Daerah Tujuan Wisata resmi yang ada di sembilan kecamatan di Kabupaten Buleleng. Sedikitnya ada empat Desa Wisata di Bulelelng yang potensial mendukung pariwisata berkelanjutan, yakni Desa Pemuteran, Desa Kalibukbuk, Desa Munduk, dan Desa Sambangan. Keempat desa wisata ini sudah terbukti mendapatkan award di berbagai ajang penghargaan.

“Desa Wisata yang ada di Buleleng tidak kalah dengan desa-desa wisata di daerah lain. Keempat desa itu memiliki potensi luar biasa pada sektor budaya dan alamnya,” jelas Frans Teguh.

Empat Desa Wisata tersebut menawarkan daya tarik yang berbeda-beda. Desa Pemuteran kecamatan Gerokgak misalnya, merupakan kawasan konservasi bawah laut yang sudah beberapa kali mendulang penghargaan tingkat nasional. Sementara itu, Desa Wisata Munduk di Kecamatan Banjar menawarkan wisata budaya, tradisi dan pertanian yang saat ini masih sangat terjaga.

Berbeda dengan Pemuteran dan Munduk, Desa Wisata Sambangan kecamatan Sukasada memang sangat dikenal dengan wisata alamnya. Desa ini memang memiliki beberapa air terjun dengan panorama alam yang begitu asri sehingga tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan baik domestic hingga mancanegara. Sementara, Desa Kalibukbuk ini memang sudah dikenal diberbagai Negara dengan kawasan wisata Pantai Lovina.

Buleleng, lanjut dia, memiliki karakteristik pariwisata yang berbeda jika dibandingkan dengan objek wisata yang ada di Bali Selatan. Sebab itu pihaknya mendorong Buleleng ke arah Observatori Pariwisata Berkelanjutan.

Sebelumnya, Kemenpar dan Kabupaten Buleleng sudah melakukan Memorandum of Understanding (MoU). Dalam kesepakatan bersama tersebut, ruang lingkupnya antara lain peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) bidang pariwisata, peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan informasi pariwisata berkelanjutan, perencanaan dan pengembangan program pariwisata berkelanjutan, penerapan destinasi berkelanjutan, observasi pariwisata berkelanjutan, dan sertifikasi pariwisata berkelanjutan.

“Sebagai komitmen bersama antara Kemenpar dengan Pemkab Buleleng dalam implementasi menyelenggarakan pembangunan destinasi pariwisata berkelanjutan yang meliputi aspek perencanaan, penyelenggaraan dan peningkatan kualitas destinasi pariwisata. Serta mempersiapkan destinasi pariwisata sesuai dengan kriteria dan indikator pembangunan destinasi pariwisata berkelanjutan secara global,” papar Frans Teguh.

Upaya ini ternyata cukup menarik perhatian swasta yang mulai melirik Buleleng untuk dipasarkan. Pihak swasta akan menggelar Buleleng Expo dan Buleleng Bali Dive Festival dalam waktu dekat ini. “Expo nanti, bukan dana dari APBN atau APBD, itu swasta yang dikoordinasikan dengan kami,” tambahnya.

Namun, lanjut Frans Teguh, sayangnya Buleleng belum memiliki Ripparda. Sehingga, Buleleng perlu mengagendakan pembuatan Ripparda segera. Mengingat destinasinya belum rusak, Buleleng masih memiliki kesempatan untuk mengembangkan pariwisata dengan perencanaan dan pendekatan pariwisata berkelanjutan.

“Untuk itu Buleleng sangat potensial menjadi STO. Namun Buleleng perlu mengatur bangunan-bangunan di sekitar pantai agar tidak menutup pemandangan laut di pantai utara,” kata Frans Teguh.

Frans Teguh melanjutkan, lebutuhan dasar desa wisata harus diperhatikan dan terpenuhi, jangan sampai diabaikan demi pariwisata. Karena pada hakekatnya pariwisata dikembangkan untuk masyarakat lokal bukan untuk turis semata-mata.

“Buleleng perlu semakin mengembangkan desa wisata. Selain itu, juga perlu meningkatkan kesiapan 3A untuk menjadi desa wisata, khususnya masalah amenitas,” tutur Frans Teguh.

Sebelum mendeklarasi dirinya menjadi desa wisata, tambah Frans Teguh, Buleleng harus menyediakan peta tracking dan sistem keamanan untuk wisatawan. “Selain itu juga perlu disediakan narasi yang terintegrasi di desa wisata dan membenahi beberapa hal lainnya,” tukas Frans Teguh.

Demi mewujudkan pariwisata berkelanjutan, Dinas Pariwisata Buleleng, sendiri telah melakukan inventarisasi terhadap daya tarik wisata (DTW) yang berada di Buleleng. Menurut Kadis Pariwisata Buleleng I Nyoman Sutrisna, bukan hanya DTW melainkan pula Desa Wisata turut dikembangkan pemerintah. Potensi itu diakui ampuh meningkatkan kunjungan tamu lokal dan mancanegara, kian tertarik mengenal potensi yang dimiliki Buleleng.

“Kami mencoba mengembangkan pariwisata (Buleleng) agar mampu terkenal di tingkat nasional maupun internasional. Ada 3A yakni aktraksi, amenity dan aksesibility. Pariwisata budaya dan pariwisata berkelanjutan, bagaimana konsep ini mampu diterjemahkan bahwa kita memiliki konsep nyegara gunung,” ujar Sutrisna.

Ia menambahkan, keunggulan DTW pasca dilakukan pengkajian lapangan Dispar bekerjasama dengan Undiksha Singaraja, tercatat kini ada 86 DTW. Jumlah yang tidak sedikit dimaksud seperti daya tarik alam, daya tarik buatan dan budaya.

“Dahulu di SK ada 10 desa wisata, kami menginventarisasi sekarang memiliki 31 desa wisata telah memenuhi syarat 3A (aktraksi, amenity dan aksesibility). Kita lakukan inventarisasi dan identifikasi desa wisata, di situ ada daya tarik disebut DTW. Nah setelah dikaji bersama Undiksha, dari 19 DTW itu teriventarisir 86 DTW,” tambahnya.

Beberapa lokasi menarik antara lain berada di wilayah Desa Wanagiri. Kunjungan wisata alam dikembangkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat. Tata kelola dilakukan dari segi penataan adminitrasi, infrastruktur wisata dan pembinaan-pembinaan wisata.

“Di Wanagiri, memiliki pesona begitu indah. Kita memiliki danau Buyan dan Tamblingan. Keindahannya sungguh menarik. Pokdarwis kita mencoba membuat tempat ber-selfie, dan mengalami peningkatan trend dan kunjungan. Kami tata adminitrasi dan tekstur tanah,” paparnya.

Semua yang dilaksanakan di Buleleng sesuai dengan harapan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Sebelumnya Menpar menitipkan tiga program prioritas untuk Bali. Ketiga program itu adalah digital tourism, homestay desa wisata dan aksesibilitas udara.

Menpar Arief Yahya mengakui bahwa Bali adalah destinasi utama Indonesia, jutaan turis mancanegara telah menyambangi tempat itu. Namun, Arief menyayangkan bahwa Bali yang dikenal warga mancanegara maupun lokal hanya Bali bagian selatan saja, yakni seperti Kuta. Sebenarnya, menurut Arief, masih banyak tempat wisata di Bali yang memiliki potensi yang tidak kalah besarnya dengan Bali selatan.

“Bali adalah produk pariwisata Indonesia, kita harus menjadikan Bali sebagai destinasi utama. Jangan cuma Bali selatan saja, kita kembangkan Bali utara, timur dan bahkan barat,” Arief menegaskan.

Sebab itu, Menpar Arief Yahya mendukung penuh Buleleng melakukan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Terutama, untuk menjadikan kawasan Bali utara agar makin dikunjungi banyak turis. Apalagi, dunia bawah lautnya ciamik.

“Saya sudah datang ke Pemuteran, terumbu karangnya bagus-bagus. Buleleng harus bisa mengembangkan pariwisata berkelanjutan,” ujar Menpar Arief Yahya.(*)

  • Bagikan