Jepang Jadi Nomor Satu untuk Urusan Penyakit Oral S*ks
FAJAR.CO.ID - Penularan penyakit seksual di era pergaulan bebas ini menyebar dengan cepat. Salah satunya yaitu Gonore atau kencing nanah. Bahkan dalam beberapa kasus sulit disembuhkan dan resisten dengan antibiotik. Lalu bagaimana kaitannya dengan kebiasaan pola hubungan intim yang biasa melibatkan oral seks?
Organisasi Kesehatan Dunia WHO menganalisis data dari 77 negara yang menunjukkan resistensi gonore terhadap antibiotik sudah tersebar luas.
Pakar Kesehatan dari WHO Teodora Wi, mengatakan ada tiga kasus tertinggi di Jepang, Prancis, dan Spanyol yang sudah terinfeksi tetapi belum tertangani.
“Gonore adalah virus yang sangat cerdas, setiap kali kami mengenalkan antibiotik jenis baru untuk mengobati gonore, kumannya menjadi resisten,” tegasnya seperti dilansir BBC, Rabu (26/7).
Menurutnya sebagian besar infeksi gonore berada di negara-negara miskin di mana resistensi lebih sulit dideteksi. “Kasus-kasus ini mungkin menjadi puncak gunung es,” tambahnya.
Gonore dapat menginfeksi alat kelamin, rektum dan tenggorokan. Wi mengatakan antibiotik bisa menyebabkan bakteri di belakang tenggorokan, termasuk kerabat gonore, mengembangkan resistansi.
“Jika menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi seperti sakit tenggorokan yang normal, lain dengan gonore bercampur dengan spesies Neisseria di tenggorokan dan menyebabkan resistensi,” jelasnya.
Bakteri gonore menular ke lingkungan ini melalui seks oral sehingga menyebabkan super gonore. “Di AS, resistensi (terhadap antibiotik) berasal dari pria yang bercinta dengan pria dan terkena infeksi tenggorokan,” katanya.
Penggunaan kondom yang melonjak karena kekhawatiran terpapar HIV/AIDS, diperkirakan bisa membantu penyebaran infeksi dari Gonore.
Infeksi gonore ini menyebar melalui hubungan seks vaginal, oral dan anal tanpa kondom. Gejalanya bisa meliputi cairan hijau atau kuning yang tebal dari organ seksual, nyeri saat buang air kecil dan perdarahan saat menstruasi.
Mereka yang terinfeksi, adalah sekitar satu dari 10 pria heteroseksual dan lebih dari tiga perempat wanita, dan pria gay. Rata-rata tidak memiliki gejala awal yang mudah dikenali.
Infeksi yang tidak diobati dapat menyebabkan infertilitas, penyakit radang panggul dan dapat diteruskan ke anak selama kehamilan.
Karena itu, WHO meminta negara-negara untuk memantau penyebaran gonore yang resisten dan menginvestasikan obat baru.
Prof Richard Stabler, dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan sejak diperkenalkannya obat penisilin dipercaya sebagai obat yang andal dan cepat mengobati gonore. Namun, hebatnya gonore mengembangkan ketahanan dirinya terhadap semua antibiotik terapeutik.
“Dalam 15 tahun terakhir terapi harus berubah tiga kali menyusul meningkatnya tingkat resistensi penyakit ini di seluruh dunia,” tegasnya.
Data dari Inggris dan AS menunjukkan termasuk di kalangan remaja, Survei Perilaku Sikap Seksual dan Gaya Hidup Nasional yang dilakukan pada tahun 1990-1991, menemukan 69,7 persen pria dan 65,6 persen perempuan telah memberikan seks oral, atau menerimanya dari pasangan lawan jenis di tahun sebelumnya.
Pada saat survei kedua selama tahun 1999-2001, ini meningkat menjadi 77,9 persen untuk pria dan 76,8 persen untuk perempuan.
Sebuah survei nasional di AS, telah menemukan sekitar dua pertiga anak berusia 15-24 tahun pernah melakukan hubungan seks oral.
Orang-orang yang melakukan seks oral di tenggorokannya tidak mungkin menyadarinya terinfeksi gonore dan justru semakin menyebarkannya. Hingga kini kondom masih dipercaya dapat mengurangi risiko penularan. (ika/JPC)