Kemkominfo Punya Bukti Kuat Telegram Jadi Sarang Teroris
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Alasan diblokirnya aplikasi Telegram oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) terbilang cukup masuk akal. Pasalnya, aplikasi yang berbasis di Rusia itu dituding sebagai tempat para teroris bertukar informasi.
Kasubdit Penyidikan dan Penindakan Kemkominfo, Teguh Afriadi mengatakan, pihaknya mempunyai bukti-bukti kuat bahwa teroris menggunakan sarana aplikasi Telegram untuk berkomunikasi sehingga bisa melancarkan ketakutan di masyarakat.
Seperti teroris Bahrun Naim yang membuat grup di Telegram. Semua pesan yang disampaikan oleh Bahrun Naim mengajarkan pelaku teror pemula untuk melakukan penyerangan terhadap target, dan membuat peledak.
“Jadi ini sangat mudah digunakan oleh teroris lone wolf, karena mereka lengkap diajarkan melakukan aksi,” ujar Teguh dalam diskusi Perkawinan Terorisme dan Cyber di Institut Perbanas, Jakarta, Kamis (27/7).
Dalam grup Telegram itu juga Bahrun Naim merilis nama-nama anggota Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk dijadikan terget penyerangan pelaku teror. Kemudian banyak juga gambar-gambar pelaku teror melakukan pembuhuhan orang yang telah diincarnya.
“Jadi memang gambar-gambar di grup itu sangat seram sekali,” katanya.
Teguh menambahkan, saat Telegram diblokir oleh pemerintah, banyak pelaku teror geram. Mereka marah besar dengan Kemkominfo dengan menyebut lembaga pemerintahan itu adalah Thogut yang darahnya halal untuk dibunuh.
Bahkan Teguh mengaku terpaksa berbohong terhadap istrinya terkait ancaman teroris agar istrinya tidak panik. Padahal ada ancaman besar dirinya bersama rekannya setelah Telegram ini dibolokir.
“Kami tidur saja tidak nyenyak, kalau dibilang saya lebih suka menjadi PNS saja,” pungkasnya. (cr2/JPC)