Ini yang Dibawa Jokowi Usai Bertemu dengan Erdogan

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pekan lalu memberikan dampak positif terhadap dunia bisnis. Kedua kepala negara menandatangani kesepakatan kemitraan ekonomi komprehensif atau Indonesia-Turkey Comprehensive Trade and Economic Partnership (IT-CETPA). Dengan salah satu poin penting di dalamnya, yakni penghilangan bea masuk untuk ekspor dan impor beberapa komoditas dari kedua negara. “Perdagangan kita dengan Turki pada 2016 mencapai 1,3 miliar dolar AS dan kita surplus sekitar 700 jutaan tapi turun sekitar 14 persen. Di sisi lain, Malaysia meningkat 49,11 persen. Salah satu penyebab menurunnya ekspor ke Turki adalah tarif bea masuk yang diterapkan,” ujar Enggartiasto dalam keterangan persnya yang diterima JawaPos.com, Senin (10/7). Dengan penghilangan tarif bea masuk ini, Enggar meyakini volume perdagangan kedua negara bisa meningkat tahun depan. Terpisah, Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI), Lana Soelistianingsih menilai, Indonesia perlu melakukan pengembangan dan ekspansi pasar. Salah satunya memperbanyak ekspor barang jadi, ketimbang barang mentah. “Indonesia perlu mengembangkan dan mencari pasar baru. Turki sama-sama negara dengan mayoritas muslim sehingga komoditas seperti baju muslim dari Indonesia bisa diekspor ke sana. Sementara selama ini Turki banyak mengekspor permadani ke Indonesia,” ujarnya. Lana berharap penghilangan tarif dapat dilakukan semaksimal mungkin. Kalau perlu hingga 0 persen. Namun komoditas yang diperdagangkan harus sama-sama strategis. “Kita harus lihat, apa kepentingan Turki di Indonesia. Pada komoditas apa pengilangan bea masuk diterapkan. Jangan sampai kita 0 persen, Turki 0 persen tapi barang-barangnya tidak strategis. Itu akan membuat perjanjian jadi tidak bermakna,” beber Lana. Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani menganggap negosiasi CTEPA sangat produktif dan menjadi terobosan berarti bagi dunia usaha. Sebab selama ini dunia usaha Indonesia terkendala tarif perdagangan yang membuat semakin harga barang jadi tidak kompetitif. Dia menyebut, Turki dengan posisi geografisnya yang strategis bisa dimanfaatkan Indonesia sebagai sebagai pintu masuk ke pasar Eropa. Hal itu memanfaatkan status Turki sebagai anggota European Customs Union. (Fajar/JPG)    
  • Bagikan

Exit mobile version