Pertama Berjumpa, Trump dan Putin Tak Mau Berhenti Bicara
FAJAR.CO.ID, HAMBURG - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, akhirnya bertatap muka secara langsung di Hamburg, Jerman. Ini perjumpaan pertama kedua kepala negara yang berpengaruh besar di dunia.
Dalam pertemuan pertama tersebut, Trump dan Putin sepakat untuk fokus pada pembinaan hubungan yang lebih baik bagi kedua negara.
Trump dan Putin juga membahas isu yang sangat kuat tentang campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS yang dimenangkan Trump pada November tahun lalu.
Dilaporkan oleh Reuters, pertemuan yang berlangsung di arena KTT G20 (Jumat, 7/7/2017 waktu setempat) itu berjalan lebih lama dari yang direncanakan. Trump menyebut dirinya mendapat “kehormatan” untuk bisa bertemu Putin.
Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, mengatakan kepada wartawan di Hamburg bahwa Trump memiliki chemistry yang positif dengan Putin dalam pertemuan tersebut, yang berlangsung sekitar 2 jam 15 menit.
Meski Trump menekan lebih dahulu, Tillerson mengakui dua pemimpin dunia tersebut “terhubung dengan sangat cepat”.
“Ada chemistry positif yang sangat jelas antara keduanya. Ada banyak masalah di atas meja, hampir semua hal tersentuh. Tidak satu pun dari mereka ingin berhenti,” ungkapnya menggambarkan pertemuan itu.
Bahkan dia mengatakan, First Lady AS, Melania Trump, pun tak berhasil menghentikan pembicaraan kedua tokoh tersebut.
Diskusi mereka dibuka dengan tema keprihatinan rakyat AS mengenai dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016. Namun, Putin menegaskan tidak ada campur tangan dalam proses demokrasi AS, dan Moskow masih meminta bukti valid yang bisa menunjukkan intervensi telah terjadi.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan bahwa Trump memahami pernyataan Putin yang menyebut tuduhan tersebut adalah salah.
Sedangkan Tillerson mengatakan, dua presiden negara adidaya itu berusaha untuk melanjutkan hubungan diplomatik yang lebih baik.
“Presiden benar-benar memusatkan perhatian pada bagaimana kita bergerak maju dari pertengkaran yang sulit dilakukan pada saat ini,” kata Tillerson. (ald/rmol/fajar)