Ini Akibat yang Didapat Jika Anggaran Sektor Infrastruktur Dipotong
FAJAR.CO.ID JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM) Fahmi Hafel menuturkan, saham Perusahaan Kontraktor Infrastruktur yang sudah listing di bursa saham sepertinya akan sulit meningkat dan mendapatkan gain di 6 bulan ke depan.
Hal ini dikatakan Fahmi diakibatkan oleh Pemerintah akan melakukan pemotongan anggaran untuk sektor infrastruktur yang cukup lumayan Besar.
Terkait Penawaran Umum Perdana Initial Public Offering(IPO) Saham PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) dilakukan oleh PT Bahana Sekuritas (DX), PT CLSA Sekuritas Indonesia (KZ) dan PT Indo Premier Sekuritas (PD) selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek.
“Dimana TOPS Perusahaan yang merupakan Perusahaan Kontraktor yang baru akan melantai di bursa saham sepertinya akan kurang menarik investor untuk membelinya,” ujar Fahmi di Jakarta, Kamis (15/6).
Apalagi kata Fahmi, TOPS yang banyak mengerjakan proyek-proyek bangunan dan gedung swasta seperti apartemen ,hotel dll yang bergantung pada pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana oleh pemerintah.
Tidak itu saja TOPS juga kata Fahmi, beberapa kali dalam mengkerjakan proyek pembangunan sebuah proyek milik swasta ,TOPS mengalami kesalahan fatal dari kontruksinya sampai ambruk bangunanya dan menyebabkan kematian dan luka berat para Pekerja nya.
“Seperti pembangunan apartemen Podomoro City Deli Medan di Jalan Putri Hijau Medan,dan pengembangnya PT Podomoro Land Tbk akan menekankan kontraktor untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dilakukan oleh PT Totalindo ,tentu ini sebuah contoh yang bisa membuat PT Totalindo merugi,” jelasnya.
Menurut Fahmi, dalam prospektur Rencana penggunaan dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Perdana Saham ini, setelah dikurangi biaya-biaya terkait emisi saham akan digunakan seluruhnya untuk dua hal.
Pertama, tutur Fahmi, sekitar 35% atau sebesar Rp174.463.765.543 untuk pembayaran sebagian utang berdasarkan fasilitas-fasilitas pinjaman/pembiayaan yang diperoleh dari kreditur-kreditur Rp125.953.313.564 untuk membayar sebagian pinjaman Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), Rp31.343.251.819 untuk membayar sebagian pembiayaan musyarakah Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS), Rp9.081.863.068 untuk membayar sebagian pembiayaan musyarakah PT Bank BNI Syariah dan Rp8.085.337.092 untuk membayar sebagian pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Tbk).
Kedua, sekitar 60% untuk memenuhi kebutuhan modal kerja Perseroan guna mendukung operasi Perseroan yang terkait beban pokok penjualan, beban umum dan administrasi, serta bebas bunga pinjaman.
Sementara, ketiga ,sisanya 5,00% untuk mendukung pengembangan bisnis Perseroan di bidang konstruksi melalui pembelian mesin, alat berat dan/atau peralatan konstruksi antara lain berupa Aluma System, tower crane, passenger hoist, dan concrete pump.
“Penjualan saham TOPS lebih besar digunakan untuk membayar hutang pada kreditur ini artinya sangat sulit nantinya pemegang saham TOPS akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan nilai saham Perdana dan apalagi akan bisa mendapatkan dividend nantinya,” terangnya.
Dengan demikian Fahmi meminta para investor di Pasar saham harus lebih hati-hati dalam membeli saham Perdana TOPS.
“Jumlah Saham yang ditawarkan dalam IPO ini adalah sebanyak 1.666.000.000 lembar saham baru dengan Nilai Nominal Rp 100,- dan Harga Penawaran Rp 310,- per saham,” pungkasnya.