Sudah 3 Hari Warga Lingkungan Tameng Wonogiri Dikepung Banjir

  • Bagikan
Anak-anak di Lingkungan Tameng, Kelurahan Girikikis, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, Jawa Tengah, bermain getek kemarin (10/3). (IWAN ADI LUHUNG/RADAR SOLO)

WONOGIRI, RAKYATJATENG – Sudah tiga hari Lingkungan Tameng, Kelurahan Girikikis, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, dikepung banjir. Aktivitas sebanyak tujuh kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 19 jiwa terganggu.

Banjir tahun ini mengingatkan Widodo, 40, warga setempat dengan peristiwa serupa tiga tahun lalu. “Kalau dulu banjirnya besar. Meteran listrik (yang dipasang dengan tinggi sekitar 1,5 meter) juga sampai tergenang,” jelasnya kemarin (10/3).

Namun, di balik banjir besar itu menyimpan berkah. Hasil panen padi dan jagung warga Lingkungan Tameng lebih bagus dibandingkan sebelumnya.

Ketika banjir datang, lanjut Widodo, warga setempat mengungsi ke daerah perbukitan di sekitar permukiman. Di tempat tersebut, penduduk menunggu air surut atau evakuasi dari petugas.

“Ada sembako dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Wonogiri. Saat ini kebutuhan dapur aman. Tapi enggak tahu bagaimana nasib tanaman jagung dan padi. Padahal sebentar lagi panen,” bebernya.

Sukiyan, 53, warga Lingkungan Tameng lainnya nekat menerjang banjir untuk mencari rumput pakan ternak. “Karena kebanjiran, sekalian tanaman jagung saya tebas buat pakan ternak,” ungkap dia.

Dampak lainnya, tempat kelompok bermain terpaksa diliburkan karena ikut tergenang. Pantauan Jawa Pos Radar Solo, ketinggian air di jalan kampung menuju permukiman sepinggang orang dewasa. Sementara di kawasan persawahan tinggi air mencapai dada orang dewasa.

Meskipun terganggu dengan genangan, warga setempat tetap beraktivitas. Seperti membersihkan rumah, memasak, memetik bayam, mencuci motor, dan sebagainya. Sejumlah anak usia sekolah dasar (SD) yang kebetulan diliburkan karena sekolah digunakan untuk ujian murid kelas VI, terlihat asyik bermain getek.

Terpisah, Lurah Girikikis Jumadi mengamini banjir tahun ini tidak terlalu parah dibandingkan 2017. “Sebelumnya, kantor kelurahan juga kebanjiran. Di pintu masih ada bekasnya,” ujarnya sambil menunjukkan bekas banjir.

Menurut Jumadi, satu luweng yang aktif di desa setempat tak mampu menampung air dari kawasan perbukitan, sedangkan luweng lainnya tersumbat sampah. Banjir di Girikikis tersebut pernah menjadi bahan penelitian salah satu kampus, namun hingga kini pihak desa belum menerima hasilnya.

Camat Giriwoyo Sariman menuturkan, pencegahan banjir dilakukan dengan pembersihan luweng dari sampah melibatkan forkompimcam dibantu masyarakat. Di sekitar luweng juga telah dipasangi penyaring yang terbuat dari besi.

“Upaya normalisasi luweng sudah kami lakukan. Tapi ini kan faktor alam, kalau (curah hujan) tak terlalu besar bisa diantisipasi dengan bekerjanya luweng secara maksimal,” ucap dia. (rm2/wa/ria)

(rs/ria/per/JPR/JPC)

  • Bagikan