Atikoh: Cintailah Ibu, Saudara, dan Anak Kita

  • Bagikan

SEMARANG, RAKYATJATENG – Event car free day, Minggu (8/12/2019) pagi dimanfaatkan benar oleh perempuan Jawa Tengah untuk mengampanyekan stop kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Mereka berkumpul di Lapangan Pancasila (Simpanglima), kemudian berkeliling menyusuri seputaran Simpanglima dan Jalan Pahlawan sambil membawa aneka poster.

Jalan sehat dilepas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, Kapolda Jateng Rycko Amelza Dahniel didampingi Ketua Bhayangkari Daerah Jawa Tengah Yudaningrum Rycko Amelza Dahniel, serta Pangdam IV/Diponegoro Mochamad Effendi bersama Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah IV Diponegoro Septiana M Effendi.

Mengenakan atribut adat nusantara, sejumlah perempuan mengangkat poster-poster bertuliskan imbauan kesehatan maupun kampanye antikekerasan terhadap perempuan dan anak. Seperti “Cegah Pernikahan Dini”, “Ayo Olahraga”, “Gerakan Masyarakat Sadar Stunting”, “Siapa Bilang Makanan Bergizi Mahal”, dan sebagainya.

Setibanya kembali di Lapangan Simpanglima, Ketua Tim Penggerak PKK Atikoh Ganjar Pranowo kembali mengajak masyarakat untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan mencegah perkawinan anak.

Terus lakukan edukasi agar anak-anak bisa mencapai cita-citanya terlebih dulu, sehingga ketika memasuuki bahtera rumah tangga, mereka sudah siap, baik fisik, mental, anatomi tubuh, maupun ekonomi. Dengan begitu, ketahanan keluarga juga bisa tercapai.

“Stop kekerasan terhadap perempuan dan anak. Cintailah ibu kita, cintai saudara kita, cintai anak kita. Pada kesempatan yang bagus ini, sesuai dengan tema Hari Ibu, Perempuan Berdaya Indonesia Maju, SDM Unggul Indonesia Maju, maka kita harus men-support anak-anak kita untuk bisa menggapai mimpinya. Stop perkawinan anak,” tegasnya.

Diakui, data kekerasan terhadap perempuan dan anak, termasuk di Jawa Tengah, bak fenomena gunung es, karena tidak semua korban berani melaporkan kekerasan yang dialami.

Namun, setidaknya dari aspek ketertiban dan kepedulian masyarakat untuk mencegah sekaligus melaporkan saat ada kekerasan, Jateng termasuk yang paling baik. Sehingga kejadian terdata dengan baik, untuk selanjutnya dilakukan upaya pencegahan kekerasan yang berkelanjutan.

“Ini tetap menjadi PR kita karena kekerasan terhadap perempuan kebanyakan ranah privat. Bagaimana kita bisa mengedukasi para perempuan agar mereka tidak takut untuk melaporkan, agar bisa dimediasi, atau kalaupun suami istri bisa dimediasi agar suami tidak lagi melakukan kekerasan,” terang Atikoh.

Ketua Bhayangkari Daerah Jawa Tengah Yudaningrum Rycko Amelza Dahniel menambahkan, jika perempuan menjumpai atau mengalami kekerasan, termasuk pada anak, silakan melapor ke Polres, Polsek, bahkan Polda terdekat.

“Ayo stop kekerasan, stop perkawinan anak di bawah umur,” tegasnya.

Pada kesempatan itu, Kapolda Jateng Rycko Amelza Dahniel dan Pangdam IV/Diponegoro Mochamad Effendi juga menyatakan dukungannya terhadap antikekerasan pada perempuan dan anak dengan memberikan pelayanan terbaik kepada para korban, dengan tetap mengedepankan kebutuhan yang terbaik bagi korban. Apalagi, jumlah pelapor terhitung banyak.

“Oleh sebab itu dalam rangka peringatan antikekerasan terhadap perempuan tahun 2019 ini, saya Pangdam/ IV Diponegoro dan Kepala Polda Jateng menyatakan dukungannya terhadap perlindungan perempuan dan anak, penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jateng, serta mengajak semua masyarakat Jateng untuk meningkatkan kepedulian dan kebersamaan dalam perlindungan perempuan dan anak, serta penghapusan dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ujar mereka bergantian. (hms)

  • Bagikan