Krisis Air Bersih, Warga Lereng Merapi Boyolali Beli Air Setangki Rp120 Ribu

  • Bagikan
Ilustrasi: warga mendapat bantuan suplai air bersih. (net)

BOYOLALI, RAKYATJATENG – Warga lereng Gunung Merapi di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, sejak pertengahan bulan Ramadhan hingga sekarang mengalami krisis air bersih karena sulit mendapatkan kebutuhan vital tersebut.

Ketua RW 05 Desa Sruni Hadi Sutarno di Boyolali, Rabu (22/6), mengatakan sejak pertengahan bulan puasa mobil-mobil tangki air sudah mondar-mandir mendistribusikan air ke rumah warga.

“Warga Sruni, terutama di daerah rawan kekeringan, mulai bersiap diri menghadapi kemarau saat ini. Sesuai pengalaman peristiwa kekeringan tahun sebelumnya, puncak musim kemarau akan terjadi Agustus mendatang,” kata Hadi.

Hadi mengatakan sebagian warga yang kesulitan mendapatkan air bersih membeli air bersih dengan harga Rp110 ribu hingga Rp120 ribu per tangki isi 5.000 liter dan memasukkannya ke dalam bak penampung.

“Harga air setiap satu tangki isi 5.000 liter mencapai Rp110.000 per tangki, jika jaraknya agak jauh bisa mencapai Rp120.000 per tangki,” katanya.

Warga biasa menggunakan satu tangki berisi 5.000 liter air untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama sepekan hingga sepuluh hari.

“Warga di Sruni hampir semuanya memiliki bak penampungan air. Jika musim hujan tiba air dialirkan ke bak penampung untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk ternak,” kata Hadi.

Darmaji (40), warga Dukuh Mlambong Desa Sruni, sudah membeli tiga tangki air bersih sejak bulan puasa hingga sekarang. “Krisis air bersih sudah sering, terjadi setiap tahun jika musim kemarau tiba,” katanya.

Sementara warga yang tidak mampu membeli air harus mengambil air layak konsumsi ke mata air yang jaraknya satu hingga dua kilometer dari permukiman.

Hadi mengatakan Desa Sruni sebenarnya sudah mendapatkan bantuan untuk membuat sumur dan pengeboran sudah dilakukan di empat titik, namun upaya itu belum membuahkan hasil.

Menurut Camat Musuk Dwi Sundarto hasil pemetaan menunjukkan 15 dari 20 desa di wilayahnya rawan mengalami bencana kekeringan selama musim kemarau.

Daerah yang rawan kekurangan air bersih terdiri atas Desa Sruni, Mriyan, Sangup, Lanjaran, Karangkendel, Keposong, Pager Jurang, Cluntang, Karanganyar, Musur, Jenowo, Grigan Lampar, dan Sukorejo.

Kendati demikian, sampai sekarang belum ada warga Musuk yang mengajukan permohonan bantuan air bersih ke kecamatan.

(Ant)

  • Bagikan