Ada Magnet Gus Dur di Balik Dominasi Jokowi di Jatim

  • Bagikan

JAKARTA, RAKYATJATENG – Jika merujuk hasil hitung cepat (quick count), Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu lumbung suara Pilpres 2019, kembali menjadi milik Joko Widodo. Mengutip hasil hitung cepat Indo Barometer, Jokowi yang kali ini berpasangan dengan KH Ma’ruf Amin, unggul dengan jarak cukup tebal.

Pasangan ini mengantungi 69,72 persen suara, sedangkan paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanya memperoleh 30,28 persen suara.

Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, A. Bakir Ihsan, mengatakan, kemenangan paslon 01 di Jatim tidak terlepas dari soliditas warga nahdliyin yang masif, dengan dukungan kiai sepuh NU yang memiliki pesantren dengan jaringan alumni yang luas.

”Kita tahu, warga NU di Jatim jumlahnya sangat besar, mencapai lebih dari 50 persen total suara yang sebanyak 30,9 juta orang,” ungkap Bakir, kepada pers di Jakarta, Selasa (23/4).

Selain keterlibatan langsung para kiai sepuh, sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga menjadi daya tarik tersendiri.

”Sulit dimungkiri, sosok Gus Dur yang direpresentasikan oleh Yenny Wahid, masih menjadi magnet. Bukan hanya bagi kaum nahdliyin, tapi juga warga non-muslim mengingat peran Gus Dur pada masa lalu yang melintas batas sosial,” kata Bakir.

Terkait kontribusi keluarga Gus Dur, lanjut Bakir, secara sederhana dapat dilihat dari perbandingan perolehan suara Jokowi di Jatim pada Pilpres 2014 dan 2019. Tahun 2014, keluarga Gus Dur yang juga diwakili Yenny Wahid, ikut dalam barisan Partai Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto – Hatta Rajasa.

Hasilnya? Prabowo-Hatta mampu meraup suara hingga 40 persen lebih di seluruh Jatim.

Bandingkan dengan Pilpres 2019, ketika Yenny pindah haluan dengan mendukung Jokowi-Ma’ruf, perolehan suara Prabowo turun di bawah 40 persen.

”Sebagai magnet politik, sosok Gus Dur tidak hanya memikat nahdliyin di wilayah Mataraman, tetapi juga wilayah Tapal Kuda yang membentang mulai dari Pasuruan, Bojonegoro, Probolinggo, Lumajang, Jember hingga Banyuwangi,” tuturnya.

Sekadar perbandingan, pada Pilpres 2014 di Jatim, Jokowi-Jusuf Kalla waktu itu memperoleh suara di kisaran 11,6 juta, sementara Prabowo-Hatta memperoleh 10,3 juta. Jokowi-JK menang di 24 kabupaten/kota dari total 38 kabupaten/kota, sedangkan Prabowo-Hatta menang di 14 kabupaten/kota.

(JPC)

  • Bagikan