Minggu, Surga Para Bule di Karimunjawa

JEPARA, RAKYATJATENG – Seorang wisatawan mancanegara naik ke ikon Karimunjawa di Bukit Love. Badannya yang tinggi membuat dia sempat kesulitan. Beberapa kali nyaris terpeleset. Akhirnya berhasil juga. Dia memanggil dua temannya yang memberi semangat. Satu laki-laki, yang lain perempuan.

Di atas ikon itu mereka berpose. Beberapa kali mengubah posisi dan gaya. Seorang temannya yang lain mengabadikan. Mereka bebas tanpa terganggu oleh wisatawan lainnya. Wisatawan lokal yang sejam sebelumnya berjubel, antre berfoto di tempat itu, sudah pada pulang.

Waktu itu Minggu (9 September 2018) pukul 10.15. Suasana di Bukit Love sudah sepi. Nyaris seluruh wisatawan lokal sudah meninggalkan lokasi. Mereka mengejar kapal pukul 11.00.

Baehaqi, wartawan koran ini, yang saat itu ada di sana, masih punya waktu. Pesawat yang akan ditumpangi  dari Bandara Dewadaru, Karimunjawa, terjadwal mengudara pukul 15.40.

Karimunjawa yang sehari sebelumnya dipenuhi wisatawan lokal menjadi sepi. Tingggal wisatawan mancanegara yang di Karimun lebih dari tiga hari atau mereka yang pulang dengan pesawat terbang. Hari Minggu pun menjadi surga bagi wisatawan mancanegara.

Meski ada yang ke Bukit Love, wisatawan bule tampaknya lebih menyenangi pantai. Kebanyakan mereka berjemur di Tanjung Gelam. Inilah pantai paling banyak dikunjungi wisatawan. Baik domestik maupun mancanegara. Pasirnya putih bersih. Di beberapa bagian ada batu-batu besar yang menonjol. Wartawan koran ini tiba di sana Minggu pukul 11.30. Suasana juga sepi. Sama sekali tidak terlihat wisatawan dalam negeri. Yang terlihat hanyalah beberapa kelompok bule.

Para bule tersebut berenang bebas. Karena sepi, mereka berpindah-pindah tempat. Wartawan koran ini sepat mengamati di tiga lokasi. Para bule berjemur menghampar. Tentu hanya berbikini. Beberapa di antara mereka berpasang-pasangan. Laki-laki-perempuan. Romantis.

Sampai wartawan koran ini pulang sekitar pukul 13.00, mereka belum beranjak dari lokasi. Bahkan di jalan masih terlihat bule-bule perempuan menuju pantai. Mereka menggunakan sepeda motor sewaan yang harganya Rp 75.000 sehari semalam.

Pulau Cemara Kecil juga menjadi incaran para bule untuk berjemur. Pantai pasir putihnya sangat datar. Kebetulan ketika wartawan koran ini di sana air sedang surut. Ada beberapa puluh meter dari bibir pantai yang yang airnya tinggal sejengkal. Serombongan bule perempuan yang menggunakan satu perahu juga berjemur menghampar di sana. Tentu saja mereka berbikini. Sebagian mereka  berjemur di pasir. Ada yang beralas kain. Ada yang tanpa alas sama sekali.

Selain hari Minggu, Pantai Cemara Kecil juga dibanjiri wisatawan lokal. Para pemandu wisata menggunakannya sebagai tempat makan siang. Dengan bakar-bakar ikan. Para bule juga menyenangi. Jadinya mereka berbaur. Kontras sekali. Kebanyakan wisatawan lokal yang perempuan berjilbab. Sedangkan paara bule berbikini.

Kelak, bule-bule yang berbikini di Karimunjawa semakin banyak. Karena sekarang ada penerbangan dari Semarang ke Karimunjawa. Sementara jadwalnya tiga kali seminggu. Menggunakan pesawat ATR. Sepesawat dengan wartawan koran ini minggu lalu ada sekitar 18 bule ketika berangkat. Ketika pulang malah lebih banyak lagi. (ks/zen/top/JPR)